INFEKSI MENULAR SEKSUAL ( IMS ) DI
WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS III BIAK PADA PENDERITA BERISIKO
ABK/KRU
BULAN JANUARI S/D MARET 2015
Oleh : Ni Ketut Ayu
Purnamasari, Amd. Ak
A. Latar
Belakang
IMS ( Infeksi
Menular Seksual ) sering juga disebut penyakit kelamin yaitu penyakit –
penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks atau hubungan
kelamin. Jenis – jenis IMS, antara lain : GO atau kencing nanah, Klamidia,
Herpes kelamin, Syphilis atau Raja Singa, Jengger ayam, Hepatitis, dan HIV/AIDS.
Menurut
Aprilianingrum ( 2002 ), Infeksi Menular Seksual didefinisikan sebagai penyakit
yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu
kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan
jenis maupun yang sesama jenis.
Salah satu dari
jenis IMS tersebut yang dikerjakan di laboratorium klinik Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas III Biak adalah Syphilis atau Raja Singa dan HIV/AIDS yang
menjadi sampel atau target pemeriksaan adalah penderita beresiko yang salah
satunya pada abk/kru kapal.
a. Syphilis (Raja Singa)
Adalah
infeksi yang disebabkan oleh Treponema palidum dan bersifat kronis, dapat
menyerang semua organ tubuh dan dapat menyerupai banyak penyakit. Masa tunas
berkisar antara 10-90 hari. Keluhan pada penyakit ini melalui beberapa stadium,
stadium I ( Sifilis Primer ) timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk ditandai
dengan adanya benjolan kecil merah biasanya 1 buah, kemudian menjadi luka atau
koreng yang tidak disertai rasa nyeri dan biasanya disertai pembengkakan
kelenjar getah bening regional. Luka atau koreng ini akan hilang secara spontan
meski tanpa pengobatan dalam waktu 3-10 minggu, tetapi penyakitnya akan
berlanjut ke stadium II.
Stadium
II (Sifilis Sekunder) stadium ini terjadi setelah 6 – 8 minggu dan bisa
berlangsung sampai 9 bulan, dimulai dengan gejala nafsu makan yang menurun,
demam, sakit kepala, nyeri sendi. Pada stadium ini juga muncul gejala
menyerupai penyakit kulit lain berupa bercak merah, benjolan kecil-kecil
seluruh tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut, dan juga dapat disertai
pembesaran kelenjar getah bening yang bersifat menyeluruh. Stadium laten atau
dini terjadi apabila sifilis sekunder tidak diobati, setelah beberapa minggu
atau bulan gejala-gejala akan hilang seakan-akan sembuh spontan. Namun infeksi
masih berlangsung terus dan masuk ke stadium laten lanjut. Stadium laten lanjut
setelah 1 tahun yang dapat berlangsung bertahun-tahun.
Stadium
III ( sifilis tersier ) umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah infeksi.
Ditandai dengan 2 macam kelainan yaitu berupa kelainan yang bersifat destruktif
pada kulit, selaput lender, tulang sendi, serta adanya radang yang terjadi
secara perlahan-lahan pada jantung, sistim pembuluh darah dan syaraf.
Komplikasi pada kehamilan terjadi sifilis congenital.
b. HIV ( Human Immunodeficiency Virus )/AIDS
(Acquired Immuno Defisiency Syndrome)
AIDS merupakan suatu bentuk sindromata atau kumpulan
gejala yang terjadi akibat menurunnya kekebalan tubuh secara drastis, dan virus
penyebabnya adalah HIV. HIV ( Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menyerang sel kekebalan tubuh sehingga tubuh kehilangan daya tahan tubuh dan
mudah terserang berbagai penyakit. Virus masuk ke dalam tubuh melalui perantara
darah, semen, sekret vagina, serta cairan-cairan tubuh yang lain. Sebagian
besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan kelamin. Infeksi oleh HIV
memberikan gejala klinik yang tidak spesifik, mulai dari tanpa gejala pada
stadium awal sampai gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.
Saat ini AIDS tergolong jenis PMS
yang paling berbahaya karena mematikan, belum ada obat atau vaksinasinya,
gejala baru terlihat 5-10 tahun kemudian dan penyebarannya sangat cepat.
Penyebaran AIDS bisa terjadi lewat kontak seksual, jarum suntik terkontaminasi/
bekas pakai, transfusi darah, dan lewat ibu yang mengandung/menyusui. Penyakit
ini mempunyai gejala klinis yang khas yaitu gejala mayor dan gejala minor. Yang
tergolong gejala mayor antara lain:
·
Demam tinggi dan tidak turun-turun selama 1 (satu) bulan.
·
Berat badan turun secara drastis sampai lebih dari 10%.
·
Diare berkepanjangan selama satu bulan terus menerus.
Sedangkan yang termasuk gejala minor
diantaranya :
·
Batuk yang menetap lebih dari satu bulan.
·
Keringat pada malam hari
·
Badan terasa lemah atau sariawan yang tidak
sembuh-sembuh.
Selain itu AIDS juga bisa terjadi
karena semakin banyaknya kelompok-kelompok beresiko tinggi, diantarnya para pecandu
obat bius, narkotika, WTS atau para pekerja seksual, dan kaum homoseksual
maupun heteroseksual.
B. Epidemiologi Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS)
merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak
menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada
dewasa muda perempuan di negara berkembang. Dewasa dan remaja (15- 24 tahun)
merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan
kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS
yang terdeteksi hanya menggambarkan 50%- 80% dari semua kasus IMS yang ada di
Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan
akan IMS (Da Ros, 2008).
Bahaya Infeksi Menular Seksual (IMS)
Berdasarkan UNAIDS dan WHO (1998)
ada beberapa bahaya yang dapat ditimbulkan jika seseorang terdeteksi mengidap
IMS,yaitu:
1. Kebanyakan IMS dapat menyebabkan
kita sakit.
2. Beberapa IMS dapat menyebabkan
kemandulan.
3. Beberapa IMS dapat menyebabkan
keguguran.
4. IMS dapat menyebabkan kanker
leher rahim.
5. Beberapa IMS dapat merusak
penglihatan, otak dan hati.
6. IMS dapat menular kepada bayi.
7. IMS dapat menyebabkan kita rentan
terhadap HIV/AIDS.
8. Beberapa IMS ada yang tidak bisa
disembuhkan.
9. Beberapa IMS seperti halnya
HIV/AIDS dapat menyebabkan kematian
Penyebab IMS adalah penularan melalui
hubungan seks dengan pengidap IMS, transfusi darah tanpa skrining.
Perempuan lebih berisiko tertular
IMS dibandingkan dengan laki - laki. Menurut Ditjen PPM & PLP (1997) hal
ini disebabkan karena:
1. Saat
berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh cairan
sperma. Jika sperma terinfeksi oleh IMS, maka perempuan tersebut bisa
terinfeksi.
2.
Jika perempuanterinfeksi IMS, dia
tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak munculnya gejala dapat menyebabkan
infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi.
3.
Banyak orang khususnya perempuan dan
remaja enggan untuk mencari pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau
masyarakat tahu mereka menderita IMS
Analisa HIV/AIDS (Human
Immunodeficiency Virus/ Accuirred Immune Deficiency Sindrome ) National Putu
Oka Sukanta berpendapat mayoritas pengidap HIV/AIDS akibat hubungan seks bebas
dan mengkonsumsi narkoba dengan jarum suntik yang berganti-ganti. (BKKBN, 2005)
C. Tujuan
Untuk mendeteksi adanya tingkat
faktor risiko pada penderita berisiko khususnya pada abk/kru kapal dan
penanggulangannya.
D. Metode Pemeriksaan
Metode yang digunakan pada pemeriksaan faktor risiko ini
adalah dengan metode Rapid Test atau test card. Sampel untuk pemeriksaan
diambil dari serum pasien dalam hal ini adalah abk/kru kapal.
Untuk pemeriksaan ini dikerjakan hanya pada kapal yang
perpanjangan SSCEC atau pada abk yang belum mempunyai kier kesehatan, yaitu KM.
Express Bahari-99B, KM. Trans Mitramas-24, KMN. Jabal Rahma, KLM. Hidayah, KM.
Express Bahari 9E, KM. Papua Satu, KLM. Cinta Mekah, KLM. Bulu Latimojong, TB.
Mutiara 6, KMP. Kasuari Pasifik IV, KM. Artha Utama VII, Lct. Ana Mutiara, KMP.
Kasuari Pasifik IV,dan KLM. Rahmat Ilahi 03. Pengambilan sampel darah didapat
dari darah ditampung dalam tabung tanpa antikoagulant sehingga darah menjadi
beku kemudian darah disentrifuge dan didapatkan serum.
Pemeriksaan ini dilaksanakan pada bulan Januari s/d Maret
2015 oleh petugas laboratorium analis kesehatan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas III Biak.
E. Hasil Pemeriksaan
Dari data yang terkumpulkan pada laboratorium klinik KKP
Kelas III Biak pada bulan Januari s/d Maret 2015 dengan target utama abk/crew
kapal adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Distribusi hasil pemeriksaan VDRL pada ABK Kapal
Bulan Januari s/d Maret
Tahun 2015
No
|
Bulan
|
VDRL
|
|
Reaktif
|
Non Reaktif
|
||
1
|
Januari
|
1
|
29
|
2
|
Februari
|
0
|
41
|
3
|
Maret
|
3
|
45
|
Total
|
4
|
115
|
Tabel 1. Dari data yang di dapat pada bulan Januari s/d
Maret 2015 terjadi peningkatan jumlah pemeriksaan dengan total pemeriksaan VDRL
119 sampel. Untuk pemeriksaan VDRL pada bulan Januari total pemeriksaan
sebanyak 30 sampel dan terdapat 1 sampel abk/kru yang reaktif. Pada bulan Februari total pemeriksaan
41 sampel dan tidak ada menunjukkan hasil
reaktif. Dan pada bulan Maret pemeriksaan sebanyak 48 sampel dan
terdapat 3 sampel yang reaktif.
Tabel 2.
Distribusi hasil pemeriksaan HIV/AIDS pada ABK Kapal
Bulan Januari s/d Maret
Tahun 2015
No
|
Bulan
|
HIV/AIDS
|
|
Reaktif
|
Non Reaktif
|
||
1
|
Januari
|
0
|
30
|
2
|
Februari
|
0
|
41
|
3
|
Maret
|
0
|
48
|
Total
|
0
|
119
|
Tabel 2 menunjukkan total pemeriksaan HIV/AIDS pada bulan
Januari s/d Maret sebanyak 119 sampel, tertinggi pada bulan Maret yaitu 48
sampel non reaktif dan terendah bulan Januari sebanyak 30 sampel non reaktif.
F. Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan sampel yang
dikerjakan selama bulan Januari s/d Maret menunjukkan ada beberapa kru/abk yang
reaktif VDRL yaitu sebanyak 4 sampel melalui test darah.
Tes darah dibagi menjadi nontreponemal
dan tes treponemal. Tes Nontreponemal digunakan mulanya, dan mencakup riset laboratorium penyakit kelamin (VDRL) dan tes rapid
plasma reagin.
Bagaimanapun, tes-tes tersebut hanya sesekali false positives, konfirmasi diperlukan melalui tes
treponemal, seperti partikel aglutinasi treponemal palidum (TPHA) atau fluorescent treponemal antibody absorption test (FTA-Abs). False positives pada tes
nontreponemal dapat terjadi bersamaan dengan beberapa infeksi seperti varisela
dan campak,
serta dengan limfoma, tuberkulosis,
malaria,
endokarditis,
penyakit
jaringan ikat, dan kehamilan.
Tes antibodi treponemal biasanya menjadi positif dua sampai lima minggu setelah
infeksi awal. Neurosifilis didiagnosis dengan menemukan tingginya angka leukosit
(terutama limfosit) dan tingkat protein yang tinggi pada
cairan
tulang belakang
kondisi dari infeksi sifilis yang dikenal. (
www. Wikipedia.com)
Hal ini terjadi bisa saja disebabkan
karena kurangnya pengetahuan tentang bahayanya Infeksi Menular Seksual (IMS)
dan bila ada gejala/keluhan di daerah kelamin tidak segera berobat ke fasilitas
kesehatan.
Penyebab dari hasil reaktif ini bisa
juga karena melakukan seks diluar nikah dan tidak menggunakan pengaman seperti
kondom.
Atau bisa saja terjadi dari kurang
menjaga kebersihan disekitar kelamin, penggunaan alat mandi, handuk, dsb yang telah digunakan oleh penderita
yang telah berisiko sebelumnya.
Bisa juga terjadi karena menerima
transfusi darah dari penderita yang sudah positif terkena Infeksi Menular
Seksual (IMS).
Jika IMS ini diabaikan akan
menimbulkan gejala yang lebih berbahaya, apabila merasakan gejala-gejala IMS
segeralah untuk memeriksakan diri ke fasilitas Kesehatan.
G. Kesimpulan
Dari
beberapa kapal yang telah diperiksa untuk penularan IMS khususnya pemeriksaan Syphilis
dan HIV/AIDS di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak pada bulan Januari
s/d Maret dilihat dari hasil pemeriksaan ini menunjukkan hasil yang reaktif
pada kru/abk kapal adalah terinfeksi Syphilis. tetapi gejala ini kemungkinan
masih gejala awal dari hasil pemeriksaan karena dari kuisioner dan wawancara
yang dilakukan oleh Dokter KKP untuk kru/abk yang reaktif masih blm ada tanda
dan gejala untuk abk/kru kapal tersebut dinyatakan reaktif. Tetapi tidak
menutup kemungkinan dari hasil pemeriksaan laboratorium reaktif untuk segera
diobati agar penularannya tidak semakin menimbulkan gejala yang lebih parah
lagi dan pencegahan awal selalu menjaga kebersihan di daerah kelamin.
H. SARAN
Cara
Mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) Menurut Depkes RI (2006) langkah terbaik
untuk mencegah IMS adalah menghindari kontak langsung, yaitu dengan cara
sebagai berikut :
1.
Menunda
kegiatan seks bagi remaja (abstinensi)
2.
Menghindari berganti - ganti
pasangan seksual
3.
Memakai kondom dengan benar dan
konsisten
DAFTAR
PUSTAKA
artikel
IMS
www.wikipedia.com