Selasa, 11 Agustus 2015

Pemeriksaan IMS



INFEKSI MENULAR SEKSUAL ( IMS ) DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS III BIAK PADA PENDERITA BERISIKO ABK/KRU
BULAN JANUARI S/D MARET 2015

Oleh : Ni Ketut Ayu Purnamasari, Amd. Ak
A.     Latar Belakang
IMS ( Infeksi Menular Seksual ) sering juga disebut penyakit kelamin yaitu penyakit – penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks atau hubungan kelamin. Jenis – jenis IMS, antara lain : GO atau kencing nanah, Klamidia, Herpes kelamin, Syphilis atau Raja Singa, Jengger ayam, Hepatitis, dan HIV/AIDS.
Menurut Aprilianingrum ( 2002 ), Infeksi Menular Seksual didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis maupun yang sesama jenis.
Salah satu dari jenis IMS tersebut yang dikerjakan di laboratorium klinik Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak adalah Syphilis atau Raja Singa dan HIV/AIDS yang menjadi sampel atau target pemeriksaan adalah penderita beresiko yang salah satunya pada abk/kru kapal.
a.    Syphilis (Raja Singa)
Adalah infeksi yang disebabkan oleh Treponema palidum dan bersifat kronis, dapat menyerang semua organ tubuh dan dapat menyerupai banyak penyakit. Masa tunas berkisar antara 10-90 hari. Keluhan pada penyakit ini melalui beberapa stadium, stadium I ( Sifilis Primer ) timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk ditandai dengan adanya benjolan kecil merah biasanya 1 buah, kemudian menjadi luka atau koreng yang tidak disertai rasa nyeri dan biasanya disertai pembengkakan kelenjar getah bening regional. Luka atau koreng ini akan hilang secara spontan meski tanpa pengobatan dalam waktu 3-10 minggu, tetapi penyakitnya akan berlanjut ke stadium II.
Stadium II (Sifilis Sekunder) stadium ini terjadi setelah 6 – 8 minggu dan bisa berlangsung sampai 9 bulan, dimulai dengan gejala nafsu makan yang menurun, demam, sakit kepala, nyeri sendi. Pada stadium ini juga muncul gejala menyerupai penyakit kulit lain berupa bercak merah, benjolan kecil-kecil seluruh tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut, dan juga dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening yang bersifat menyeluruh. Stadium laten atau dini terjadi apabila sifilis sekunder tidak diobati, setelah beberapa minggu atau bulan gejala-gejala akan hilang seakan-akan sembuh spontan. Namun infeksi masih berlangsung terus dan masuk ke stadium laten lanjut. Stadium laten lanjut setelah 1 tahun yang dapat berlangsung bertahun-tahun.
Stadium III ( sifilis tersier ) umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah infeksi. Ditandai dengan 2 macam kelainan yaitu berupa kelainan yang bersifat destruktif pada kulit, selaput lender, tulang sendi, serta adanya radang yang terjadi secara perlahan-lahan pada jantung, sistim pembuluh darah dan syaraf. Komplikasi pada kehamilan terjadi sifilis congenital.

b.    HIV ( Human Immunodeficiency Virus )/AIDS (Acquired Immuno Defisiency Syndrome)
AIDS merupakan suatu bentuk sindromata atau kumpulan gejala yang terjadi akibat menurunnya kekebalan tubuh secara drastis, dan virus penyebabnya adalah HIV. HIV ( Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sel kekebalan tubuh sehingga tubuh kehilangan daya tahan tubuh dan mudah terserang berbagai penyakit. Virus masuk ke dalam tubuh melalui perantara darah, semen, sekret vagina, serta cairan-cairan tubuh yang lain. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan kelamin. Infeksi oleh HIV memberikan gejala klinik yang tidak spesifik, mulai dari tanpa gejala pada stadium awal sampai gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.
Saat ini AIDS tergolong jenis PMS yang paling berbahaya karena mematikan, belum ada obat atau vaksinasinya, gejala baru terlihat 5-10 tahun kemudian dan penyebarannya sangat cepat. Penyebaran AIDS bisa terjadi lewat kontak seksual, jarum suntik terkontaminasi/ bekas pakai, transfusi darah, dan lewat ibu yang mengandung/menyusui. Penyakit ini mempunyai gejala klinis yang khas yaitu gejala mayor dan gejala minor. Yang tergolong gejala mayor antara lain:
·         Demam tinggi dan tidak turun-turun selama 1 (satu) bulan.
·         Berat badan turun secara drastis sampai lebih dari 10%.
·         Diare berkepanjangan selama satu bulan terus menerus.
Sedangkan yang termasuk gejala minor diantaranya :
·         Batuk yang menetap lebih dari satu bulan.
·         Keringat pada malam hari
·         Badan terasa lemah atau sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
Selain itu AIDS juga bisa terjadi karena semakin banyaknya kelompok-kelompok beresiko tinggi, diantarnya para pecandu obat bius, narkotika, WTS atau para pekerja seksual, dan kaum homoseksual maupun heteroseksual.
B.     Epidemiologi Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang. Dewasa dan remaja (15- 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS yang terdeteksi hanya menggambarkan 50%- 80% dari semua kasus IMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan akan IMS (Da Ros, 2008).
Bahaya Infeksi Menular Seksual (IMS)
Berdasarkan UNAIDS dan WHO (1998) ada beberapa bahaya yang dapat ditimbulkan jika seseorang terdeteksi mengidap IMS,yaitu:
1. Kebanyakan IMS dapat menyebabkan kita sakit.
2. Beberapa IMS dapat menyebabkan kemandulan.
3. Beberapa IMS dapat menyebabkan keguguran.
4. IMS dapat menyebabkan kanker leher rahim.
5. Beberapa IMS dapat merusak penglihatan, otak dan hati.
6. IMS dapat menular kepada bayi.
7. IMS dapat menyebabkan kita rentan terhadap HIV/AIDS.
8. Beberapa IMS ada yang tidak bisa disembuhkan.
9. Beberapa IMS seperti halnya HIV/AIDS dapat menyebabkan kematian

Penyebab IMS adalah penularan melalui hubungan seks dengan pengidap IMS, transfusi darah tanpa skrining.
Perempuan lebih berisiko tertular IMS dibandingkan dengan laki - laki. Menurut Ditjen PPM & PLP (1997) hal ini disebabkan karena:
1.    Saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh cairan sperma. Jika sperma terinfeksi oleh IMS, maka perempuan tersebut bisa terinfeksi.
2.    Jika perempuanterinfeksi IMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi.
3.    Banyak orang khususnya perempuan dan remaja enggan untuk mencari pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka menderita IMS

Analisa HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Accuirred Immune Deficiency Sindrome ) National Putu Oka Sukanta berpendapat mayoritas pengidap HIV/AIDS akibat hubungan seks bebas dan mengkonsumsi narkoba dengan jarum suntik yang berganti-ganti. (BKKBN, 2005)

C.     Tujuan
Untuk mendeteksi adanya tingkat faktor risiko pada penderita berisiko khususnya pada abk/kru kapal dan penanggulangannya.
                                                                                                                       
D.     Metode Pemeriksaan
Metode yang digunakan pada pemeriksaan faktor risiko ini adalah dengan metode Rapid Test atau test card. Sampel untuk pemeriksaan diambil dari serum pasien dalam hal ini adalah abk/kru kapal.

Untuk pemeriksaan ini dikerjakan hanya pada kapal yang perpanjangan SSCEC atau pada abk yang belum mempunyai kier kesehatan, yaitu KM. Express Bahari-99B, KM. Trans Mitramas-24, KMN. Jabal Rahma, KLM. Hidayah, KM. Express Bahari 9E, KM. Papua Satu, KLM. Cinta Mekah, KLM. Bulu Latimojong, TB. Mutiara 6, KMP. Kasuari Pasifik IV, KM. Artha Utama VII, Lct. Ana Mutiara, KMP. Kasuari Pasifik IV,dan KLM. Rahmat Ilahi 03. Pengambilan sampel darah didapat dari darah ditampung dalam tabung tanpa antikoagulant sehingga darah menjadi beku kemudian darah disentrifuge dan didapatkan serum.

Pemeriksaan ini dilaksanakan pada bulan Januari s/d Maret 2015 oleh petugas laboratorium analis kesehatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak.


E.     Hasil Pemeriksaan  
Dari data yang terkumpulkan pada laboratorium klinik KKP Kelas III Biak pada bulan Januari s/d Maret 2015 dengan target utama abk/crew kapal adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Distribusi hasil pemeriksaan VDRL pada ABK Kapal
Bulan Januari s/d Maret
Tahun 2015

No
Bulan
VDRL
Reaktif
Non Reaktif
1
Januari
1
29
2
Februari
0
41
3
Maret
3
45

Total
4
115

Tabel 1. Dari data yang di dapat pada bulan Januari s/d Maret 2015 terjadi peningkatan jumlah pemeriksaan dengan total pemeriksaan VDRL 119 sampel. Untuk pemeriksaan VDRL pada bulan Januari total pemeriksaan sebanyak 30 sampel dan terdapat 1 sampel abk/kru yang  reaktif. Pada bulan Februari total pemeriksaan 41 sampel dan tidak ada menunjukkan hasil  reaktif. Dan pada bulan Maret pemeriksaan sebanyak 48 sampel dan terdapat 3 sampel yang reaktif.


Tabel 2.
Distribusi hasil pemeriksaan HIV/AIDS pada ABK Kapal
Bulan Januari s/d Maret
Tahun 2015
No
Bulan
HIV/AIDS
Reaktif
Non Reaktif
1
Januari
0
30
2
Februari
0
41
3
Maret
0
48

Total
0
119

Tabel 2 menunjukkan total pemeriksaan HIV/AIDS pada bulan Januari s/d Maret sebanyak 119 sampel, tertinggi pada bulan Maret yaitu 48 sampel non reaktif dan terendah bulan Januari sebanyak 30 sampel non reaktif.


F.     Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan sampel yang dikerjakan selama bulan Januari s/d Maret menunjukkan ada beberapa kru/abk yang reaktif VDRL yaitu sebanyak 4 sampel melalui test darah.
       Tes darah dibagi menjadi nontreponemal dan tes treponemal. Tes Nontreponemal digunakan mulanya, dan mencakup riset laboratorium penyakit kelamin (VDRL) dan tes rapid plasma reagin. Bagaimanapun, tes-tes tersebut hanya sesekali false positives, konfirmasi diperlukan melalui tes treponemal, seperti partikel aglutinasi treponemal palidum (TPHA) atau fluorescent treponemal antibody absorption test (FTA-Abs). False positives pada tes nontreponemal dapat terjadi bersamaan dengan beberapa infeksi seperti varisela dan campak, serta dengan limfoma, tuberkulosis, malaria, endokarditis, penyakit jaringan ikat, dan kehamilan. Tes antibodi treponemal biasanya menjadi positif dua sampai lima minggu setelah infeksi awal. Neurosifilis didiagnosis dengan menemukan tingginya angka leukosit (terutama limfosit) dan tingkat protein yang tinggi pada cairan tulang belakang kondisi dari infeksi sifilis yang dikenal. ( www. Wikipedia.com)
Hal ini terjadi bisa saja disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang bahayanya Infeksi Menular Seksual (IMS) dan bila ada gejala/keluhan di daerah kelamin tidak segera berobat ke fasilitas kesehatan.
Penyebab dari hasil reaktif ini bisa juga karena melakukan seks diluar nikah dan tidak menggunakan pengaman seperti kondom.
Atau bisa saja terjadi dari kurang menjaga kebersihan disekitar kelamin, penggunaan alat mandi,  handuk, dsb yang telah digunakan oleh penderita yang telah berisiko sebelumnya.
Bisa juga terjadi karena menerima transfusi darah dari penderita yang sudah positif terkena Infeksi Menular Seksual (IMS).
Jika IMS ini diabaikan akan menimbulkan gejala yang lebih berbahaya, apabila merasakan gejala-gejala IMS segeralah untuk memeriksakan diri ke fasilitas Kesehatan. 

G.    Kesimpulan
Dari beberapa kapal yang telah diperiksa untuk penularan IMS khususnya pemeriksaan Syphilis dan HIV/AIDS di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak pada bulan Januari s/d Maret dilihat dari hasil pemeriksaan ini menunjukkan hasil yang reaktif pada kru/abk kapal adalah terinfeksi Syphilis. tetapi gejala ini kemungkinan masih gejala awal dari hasil pemeriksaan karena dari kuisioner dan wawancara yang dilakukan oleh Dokter KKP untuk kru/abk yang reaktif masih blm ada tanda dan gejala untuk abk/kru kapal tersebut dinyatakan reaktif. Tetapi tidak menutup kemungkinan dari hasil pemeriksaan laboratorium reaktif untuk segera diobati agar penularannya tidak semakin menimbulkan gejala yang lebih parah lagi dan pencegahan awal selalu menjaga kebersihan di daerah kelamin.

H.     SARAN
Cara Mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) Menurut Depkes RI (2006) langkah terbaik untuk mencegah IMS adalah menghindari kontak langsung, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1.      Menunda kegiatan seks bagi remaja (abstinensi)
2.      Menghindari berganti - ganti pasangan seksual
3.      Memakai kondom dengan benar dan konsisten

DAFTAR PUSTAKA
artikel IMS
www.wikipedia.com

PK KKP BIAK DESEMBER 2021

  https://drive.google.com/file/d/1gGqUjITzrVDbxARA5G68kZWH4dfAejKO/view?usp=sharing