Selasa, 11 Agustus 2015

Pemeriksaan IMS



INFEKSI MENULAR SEKSUAL ( IMS ) DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS III BIAK PADA PENDERITA BERISIKO ABK/KRU
BULAN JANUARI S/D MARET 2015

Oleh : Ni Ketut Ayu Purnamasari, Amd. Ak
A.     Latar Belakang
IMS ( Infeksi Menular Seksual ) sering juga disebut penyakit kelamin yaitu penyakit – penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks atau hubungan kelamin. Jenis – jenis IMS, antara lain : GO atau kencing nanah, Klamidia, Herpes kelamin, Syphilis atau Raja Singa, Jengger ayam, Hepatitis, dan HIV/AIDS.
Menurut Aprilianingrum ( 2002 ), Infeksi Menular Seksual didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis maupun yang sesama jenis.
Salah satu dari jenis IMS tersebut yang dikerjakan di laboratorium klinik Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak adalah Syphilis atau Raja Singa dan HIV/AIDS yang menjadi sampel atau target pemeriksaan adalah penderita beresiko yang salah satunya pada abk/kru kapal.
a.    Syphilis (Raja Singa)
Adalah infeksi yang disebabkan oleh Treponema palidum dan bersifat kronis, dapat menyerang semua organ tubuh dan dapat menyerupai banyak penyakit. Masa tunas berkisar antara 10-90 hari. Keluhan pada penyakit ini melalui beberapa stadium, stadium I ( Sifilis Primer ) timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk ditandai dengan adanya benjolan kecil merah biasanya 1 buah, kemudian menjadi luka atau koreng yang tidak disertai rasa nyeri dan biasanya disertai pembengkakan kelenjar getah bening regional. Luka atau koreng ini akan hilang secara spontan meski tanpa pengobatan dalam waktu 3-10 minggu, tetapi penyakitnya akan berlanjut ke stadium II.
Stadium II (Sifilis Sekunder) stadium ini terjadi setelah 6 – 8 minggu dan bisa berlangsung sampai 9 bulan, dimulai dengan gejala nafsu makan yang menurun, demam, sakit kepala, nyeri sendi. Pada stadium ini juga muncul gejala menyerupai penyakit kulit lain berupa bercak merah, benjolan kecil-kecil seluruh tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut, dan juga dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening yang bersifat menyeluruh. Stadium laten atau dini terjadi apabila sifilis sekunder tidak diobati, setelah beberapa minggu atau bulan gejala-gejala akan hilang seakan-akan sembuh spontan. Namun infeksi masih berlangsung terus dan masuk ke stadium laten lanjut. Stadium laten lanjut setelah 1 tahun yang dapat berlangsung bertahun-tahun.
Stadium III ( sifilis tersier ) umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah infeksi. Ditandai dengan 2 macam kelainan yaitu berupa kelainan yang bersifat destruktif pada kulit, selaput lender, tulang sendi, serta adanya radang yang terjadi secara perlahan-lahan pada jantung, sistim pembuluh darah dan syaraf. Komplikasi pada kehamilan terjadi sifilis congenital.

b.    HIV ( Human Immunodeficiency Virus )/AIDS (Acquired Immuno Defisiency Syndrome)
AIDS merupakan suatu bentuk sindromata atau kumpulan gejala yang terjadi akibat menurunnya kekebalan tubuh secara drastis, dan virus penyebabnya adalah HIV. HIV ( Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sel kekebalan tubuh sehingga tubuh kehilangan daya tahan tubuh dan mudah terserang berbagai penyakit. Virus masuk ke dalam tubuh melalui perantara darah, semen, sekret vagina, serta cairan-cairan tubuh yang lain. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan kelamin. Infeksi oleh HIV memberikan gejala klinik yang tidak spesifik, mulai dari tanpa gejala pada stadium awal sampai gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.
Saat ini AIDS tergolong jenis PMS yang paling berbahaya karena mematikan, belum ada obat atau vaksinasinya, gejala baru terlihat 5-10 tahun kemudian dan penyebarannya sangat cepat. Penyebaran AIDS bisa terjadi lewat kontak seksual, jarum suntik terkontaminasi/ bekas pakai, transfusi darah, dan lewat ibu yang mengandung/menyusui. Penyakit ini mempunyai gejala klinis yang khas yaitu gejala mayor dan gejala minor. Yang tergolong gejala mayor antara lain:
·         Demam tinggi dan tidak turun-turun selama 1 (satu) bulan.
·         Berat badan turun secara drastis sampai lebih dari 10%.
·         Diare berkepanjangan selama satu bulan terus menerus.
Sedangkan yang termasuk gejala minor diantaranya :
·         Batuk yang menetap lebih dari satu bulan.
·         Keringat pada malam hari
·         Badan terasa lemah atau sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
Selain itu AIDS juga bisa terjadi karena semakin banyaknya kelompok-kelompok beresiko tinggi, diantarnya para pecandu obat bius, narkotika, WTS atau para pekerja seksual, dan kaum homoseksual maupun heteroseksual.
B.     Epidemiologi Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang. Dewasa dan remaja (15- 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS yang terdeteksi hanya menggambarkan 50%- 80% dari semua kasus IMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan akan IMS (Da Ros, 2008).
Bahaya Infeksi Menular Seksual (IMS)
Berdasarkan UNAIDS dan WHO (1998) ada beberapa bahaya yang dapat ditimbulkan jika seseorang terdeteksi mengidap IMS,yaitu:
1. Kebanyakan IMS dapat menyebabkan kita sakit.
2. Beberapa IMS dapat menyebabkan kemandulan.
3. Beberapa IMS dapat menyebabkan keguguran.
4. IMS dapat menyebabkan kanker leher rahim.
5. Beberapa IMS dapat merusak penglihatan, otak dan hati.
6. IMS dapat menular kepada bayi.
7. IMS dapat menyebabkan kita rentan terhadap HIV/AIDS.
8. Beberapa IMS ada yang tidak bisa disembuhkan.
9. Beberapa IMS seperti halnya HIV/AIDS dapat menyebabkan kematian

Penyebab IMS adalah penularan melalui hubungan seks dengan pengidap IMS, transfusi darah tanpa skrining.
Perempuan lebih berisiko tertular IMS dibandingkan dengan laki - laki. Menurut Ditjen PPM & PLP (1997) hal ini disebabkan karena:
1.    Saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh cairan sperma. Jika sperma terinfeksi oleh IMS, maka perempuan tersebut bisa terinfeksi.
2.    Jika perempuanterinfeksi IMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi.
3.    Banyak orang khususnya perempuan dan remaja enggan untuk mencari pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka menderita IMS

Analisa HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Accuirred Immune Deficiency Sindrome ) National Putu Oka Sukanta berpendapat mayoritas pengidap HIV/AIDS akibat hubungan seks bebas dan mengkonsumsi narkoba dengan jarum suntik yang berganti-ganti. (BKKBN, 2005)

C.     Tujuan
Untuk mendeteksi adanya tingkat faktor risiko pada penderita berisiko khususnya pada abk/kru kapal dan penanggulangannya.
                                                                                                                       
D.     Metode Pemeriksaan
Metode yang digunakan pada pemeriksaan faktor risiko ini adalah dengan metode Rapid Test atau test card. Sampel untuk pemeriksaan diambil dari serum pasien dalam hal ini adalah abk/kru kapal.

Untuk pemeriksaan ini dikerjakan hanya pada kapal yang perpanjangan SSCEC atau pada abk yang belum mempunyai kier kesehatan, yaitu KM. Express Bahari-99B, KM. Trans Mitramas-24, KMN. Jabal Rahma, KLM. Hidayah, KM. Express Bahari 9E, KM. Papua Satu, KLM. Cinta Mekah, KLM. Bulu Latimojong, TB. Mutiara 6, KMP. Kasuari Pasifik IV, KM. Artha Utama VII, Lct. Ana Mutiara, KMP. Kasuari Pasifik IV,dan KLM. Rahmat Ilahi 03. Pengambilan sampel darah didapat dari darah ditampung dalam tabung tanpa antikoagulant sehingga darah menjadi beku kemudian darah disentrifuge dan didapatkan serum.

Pemeriksaan ini dilaksanakan pada bulan Januari s/d Maret 2015 oleh petugas laboratorium analis kesehatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak.


E.     Hasil Pemeriksaan  
Dari data yang terkumpulkan pada laboratorium klinik KKP Kelas III Biak pada bulan Januari s/d Maret 2015 dengan target utama abk/crew kapal adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Distribusi hasil pemeriksaan VDRL pada ABK Kapal
Bulan Januari s/d Maret
Tahun 2015

No
Bulan
VDRL
Reaktif
Non Reaktif
1
Januari
1
29
2
Februari
0
41
3
Maret
3
45

Total
4
115

Tabel 1. Dari data yang di dapat pada bulan Januari s/d Maret 2015 terjadi peningkatan jumlah pemeriksaan dengan total pemeriksaan VDRL 119 sampel. Untuk pemeriksaan VDRL pada bulan Januari total pemeriksaan sebanyak 30 sampel dan terdapat 1 sampel abk/kru yang  reaktif. Pada bulan Februari total pemeriksaan 41 sampel dan tidak ada menunjukkan hasil  reaktif. Dan pada bulan Maret pemeriksaan sebanyak 48 sampel dan terdapat 3 sampel yang reaktif.


Tabel 2.
Distribusi hasil pemeriksaan HIV/AIDS pada ABK Kapal
Bulan Januari s/d Maret
Tahun 2015
No
Bulan
HIV/AIDS
Reaktif
Non Reaktif
1
Januari
0
30
2
Februari
0
41
3
Maret
0
48

Total
0
119

Tabel 2 menunjukkan total pemeriksaan HIV/AIDS pada bulan Januari s/d Maret sebanyak 119 sampel, tertinggi pada bulan Maret yaitu 48 sampel non reaktif dan terendah bulan Januari sebanyak 30 sampel non reaktif.


F.     Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan sampel yang dikerjakan selama bulan Januari s/d Maret menunjukkan ada beberapa kru/abk yang reaktif VDRL yaitu sebanyak 4 sampel melalui test darah.
       Tes darah dibagi menjadi nontreponemal dan tes treponemal. Tes Nontreponemal digunakan mulanya, dan mencakup riset laboratorium penyakit kelamin (VDRL) dan tes rapid plasma reagin. Bagaimanapun, tes-tes tersebut hanya sesekali false positives, konfirmasi diperlukan melalui tes treponemal, seperti partikel aglutinasi treponemal palidum (TPHA) atau fluorescent treponemal antibody absorption test (FTA-Abs). False positives pada tes nontreponemal dapat terjadi bersamaan dengan beberapa infeksi seperti varisela dan campak, serta dengan limfoma, tuberkulosis, malaria, endokarditis, penyakit jaringan ikat, dan kehamilan. Tes antibodi treponemal biasanya menjadi positif dua sampai lima minggu setelah infeksi awal. Neurosifilis didiagnosis dengan menemukan tingginya angka leukosit (terutama limfosit) dan tingkat protein yang tinggi pada cairan tulang belakang kondisi dari infeksi sifilis yang dikenal. ( www. Wikipedia.com)
Hal ini terjadi bisa saja disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang bahayanya Infeksi Menular Seksual (IMS) dan bila ada gejala/keluhan di daerah kelamin tidak segera berobat ke fasilitas kesehatan.
Penyebab dari hasil reaktif ini bisa juga karena melakukan seks diluar nikah dan tidak menggunakan pengaman seperti kondom.
Atau bisa saja terjadi dari kurang menjaga kebersihan disekitar kelamin, penggunaan alat mandi,  handuk, dsb yang telah digunakan oleh penderita yang telah berisiko sebelumnya.
Bisa juga terjadi karena menerima transfusi darah dari penderita yang sudah positif terkena Infeksi Menular Seksual (IMS).
Jika IMS ini diabaikan akan menimbulkan gejala yang lebih berbahaya, apabila merasakan gejala-gejala IMS segeralah untuk memeriksakan diri ke fasilitas Kesehatan. 

G.    Kesimpulan
Dari beberapa kapal yang telah diperiksa untuk penularan IMS khususnya pemeriksaan Syphilis dan HIV/AIDS di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak pada bulan Januari s/d Maret dilihat dari hasil pemeriksaan ini menunjukkan hasil yang reaktif pada kru/abk kapal adalah terinfeksi Syphilis. tetapi gejala ini kemungkinan masih gejala awal dari hasil pemeriksaan karena dari kuisioner dan wawancara yang dilakukan oleh Dokter KKP untuk kru/abk yang reaktif masih blm ada tanda dan gejala untuk abk/kru kapal tersebut dinyatakan reaktif. Tetapi tidak menutup kemungkinan dari hasil pemeriksaan laboratorium reaktif untuk segera diobati agar penularannya tidak semakin menimbulkan gejala yang lebih parah lagi dan pencegahan awal selalu menjaga kebersihan di daerah kelamin.

H.     SARAN
Cara Mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) Menurut Depkes RI (2006) langkah terbaik untuk mencegah IMS adalah menghindari kontak langsung, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1.      Menunda kegiatan seks bagi remaja (abstinensi)
2.      Menghindari berganti - ganti pasangan seksual
3.      Memakai kondom dengan benar dan konsisten

DAFTAR PUSTAKA
artikel IMS
www.wikipedia.com

Senin, 10 Agustus 2015

Pemeriksaan Kulitas Air

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN LAUT BIAK

(Junita M. Mandang, AMKL)




A.   Latar Belakang

Air merupakan  kebutuhan utama di dalam kehidupan   dan  tidak ada satupun makhluk hidup di dunia yang tidak membutuhkan air. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air dengan ukuran rata - rata  sebanyak 90 % dari berat badannya. Ukuran  tubuh orang dewasa  55-60%, berat badan terdiri dari air, anak-anak sekitar 65%  sedangkan  untuk bayi sekitar 80% . Air bersih dibutuhkan  sebagai pemenuhan kebutuhan hidup manusia untuk melakukan segala kegiatan, sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai  untuk keperluan  sehari-hari.
Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu. PERMENKES Nomor 492/ Menkes/ Per/ IV 2010 pada BAB I pasal 1 jelas dikatakan pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan terhadap air minum dengan sistem jaringan perpipaan, depot air minum, air minum bukan jaringan perpipaan untuk tujuan komersial dan bukan non komersial oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Kantor Kesehatan Pelabuhan.Khusus wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan dan menurut Permenkes No. 2348 Tahun 2011, salah satu tugas  pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah pengawasan air bersih/ minum. Karena itu Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak secara berkala melakukan pengawasan Air Bersih di wilayah perimeter, buffer, dan alat angkut (kapal/ pesawat) sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadi kasus penyakit yang disebabkan oleh kualitas air dan sarana air  bersih yang tidak memenuhi syarat.

          Laporan MDGs beberapa  tahun sebelumnya terdapat kendala yang menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih dan sanitasi dasar. Penyebab utama  di antaranya  cakupan pembangunan yang sangat besar, sebaran penduduk yang tidak merata, beragamnya wilayah Indonesia, dan adanya keterbatasan sumber pendanaan/ anggaran dimana  Pemerintah selama ini belum  seutuhnya menempatkan perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam pembangunan.
Masalah kemiskinan juga ikut menjadi penyebab rendahnya kemampuan penduduk mengakses air minum yang layak. Sedangkan dari sisi sanitasi, selain masih rendahnya kesadaran penduduk tentang lingkungan, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat adalah  menjadi faktor risiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (empat)  sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas kerja menurun dan dapat menurunkan kecerdasan anak sekolah.

B.   Tujuan Pemeriksaan

a.    Tujuan Umum :

Pengawasan kualitas air bertujuan  untuk mengetahui gambaran  keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar pemberian rekomendasi  pengamanan kualitas air di wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak.

b.    Tujuan Khusus:

1) Tersedianya informasi keadaan sanitasi air bersih dan kualitas air di wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak.
2)Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut upaya perlindungan pencemaran, perbaikan kualitas air

C.   Metode Penelitian

      Metode yang digunakan dalam  pengawasan  dan pemeriksaan kualitas  air bersih adalah observasional dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran kualitas air  disemua  sarana air bersih di Pelabuhan /Bandara  dalam wilayah kerja KKP Kls III  Biak.
1.    Populasi
 Populasi dalam pemeriksaan ini adalah semua sarana air bersih yang ada di wilayah kerja Pelabuhan Laut Biak baik di perimeter, buffer dan alat angkut.
2.   Sampel
          Sampel dari penelitian ini adalah sampel  yang diambil dari  sarana air yang digunakan di Perimeter/ buffer termasuk alat angkut laut.

D.   Analisis dan Penyajian Data

Hasil yang diperoleh saat pemeriksaan sampel, baik pengamatan lapangan maupun  laboratorium kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel serta dianalisis secara deskriptif kemudian  bandingkan dengan standar sesuai Permenkes RI No. 492 / Menkes / Per / IV / 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.

E.    Hasil Pemeriksaan

Pengawasan  air bersih berdasarkan jenis sarana yang digunakan periode bulan Januari sampai bulan Maret 2015, berupa pemeriksaan fisik dan kimia lapangan / laboratorium Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak  antara lain :
1.   Pemeriksaan Kualitas Fisik dari Sarana Air Bersih yang digunakan di wilayah parimeter, buffer dan di kapal  bulan Januari s/d Maret 2015 (table 1.)

Tabel 1

Pemeriksaan Fisik Kualitas Air Bersih
KKP Biak Wilker  Pelabuhan Laut

Bulan Januari s/d Maret 2015

NO
BULAN
PEMERIKSAAN FISIK

KEKERUHAN
BERASA
BERBAU
BERWARNA
SUHU
TDS









180- 290C
500

MMS
TMS
MMS
TMS
MMS
TMS
MMS
TMS
MMS
TMS
MMS
TMS

1
JANUARI
28
0
28
0
28
0
28
0
28
0
28
0

2
FEBRUARI
36
0
36
0
36
0
36
0
36
0
28
0

3
MARET
33
0
33
0
33
0
33
0
33
0
-
-




Jumlah
97
0
97
0
97
0
97
0
97
0
56
0



Tabel 1.Menggambarkan  total sampel air yang diperiksa periode januari s/d maret 2015 adalah  sebanyak  97 sampel dengan hasil pemeriksaan menunjukan 100% adalah  memenuhi  syarat artinya tidak keruh, tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna. Begitu pula pengukuran suhu air dan TDS adalah 100%  memenuhi syarat kesehatan.

Tabel 2

Pemeriksaan Kualitas Kimia Air Bersih di Kapal
KKP  Biak Wilker Pelabuhan Laut

Bulan Januari s/d Maret 2015

NO
 BULAN
PEMERIKSAAN KIMIA

NITRAT/NITRIT
BESI
AMONIUM
KESADAHAN
Sisa Chlor
Timbal
PH

50/3
0,3
1,5
500
250
0,01

       MMS
TMS
   MMS
TMS
MMS
TMS
MMS
TMS
MMS
TMS
MMS
TMS
MMS
TMS

1
   JANUARI
3
0
4
0
4
0
-
-
1
0
3
0
28
0

2
             FEBRUARI
8
0
8
0
8
0
-
-
8
0
8
0
36
0

3
             MARET
9
0
9
0
9
-
-
-
9
0
9
0
9

  0



        Jumlah
20
 0
21
0
21
0
-
-
18
0
20
0
73
0


Table 2. Menggambarkan  pemeriksaan kualitas kimia air bersih di kapal periode                         Januari s/d Maret 2015 adalah perameter Nitrat / Nitrit berjumlah 20 sampel memenuhi                syarat ; Besi berjumlah 21 sampel memenuhi syarat ; Amonium berjumlah 21                              sampel memenuhi syarat ; Sisa Chlor berjumlah 18 sampel memenuhi syarat ; Timbal              berjumlah 20 sampel memenuhi syarat ; dan PH berjumlah 73 sampel memenuhi  syarat.


1.   Hasil Pengawasan Sarana Air Bersih yang digunakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2015, seperti tabel berikut :

                                                  Tabel 3





Hasil Pengawasan Sarana Air Bersih di Perimeter dan Buffer Pelabuhan Laut Biak
Bulan Januari s/d Maret 2015





NO



BULAN
TINGKAT RESIKO PENCEMARAN
TOTAL

MMS (0-2)
TMS (3-6)


n
%
n
%
n
%


JANUARI
25
100
0
0
25
0


FEBRUARI
24
100
0
0
24
0


MARET
25
100
0
0
25
0


Tabel 3.Menggambarkan hasil pengawasan sarana air bersih yang dilakukan setiap  satu bulan sekali, dengan menggunakan formulir checklist, diperoleh hasil yaitu di bulan Januari tingkat resiko pencemaran 100% rendah masih memenuhi syarat; Bulan Februari tingkat resiko pencemaran 100% rendah masih memenuhi syarat; dan Bulan Maret tingkat resiko pencemaran juga 100% masih memenuhi syarat.

A.   Pembahasan

1.      Parameter Fisik
Berdasarkan hasil penelitian parameter fisik yaitu warna, bau, rasa, keruh,  suhu, dan TDS semuanya memenuhi syarat baik Perimeter, Buffer maupun di kapal hal ini sesuai dengan RI No. 492 / Menkes / Per / IV / 2010 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Salah satu indikator pencemaran air secara umum dapat dilihat dari air yang berwarna, berbau, berasa, keruh, suhu, dan TDS. ini membuktikan bahwa pencemaran secara umum tidak terjadi pada air bersih dari sarana yang digunakan di perimeter, buffer, dan Kapal. Hal ini berarti dari segi parameter fisik yaitu warna, bau, dan rasa, keruh, suhu, dan TDS  memenuhi syarat kesehatan dari sarana air bersih yang diteliti aman untuk dikonsumsi.
    
2.      Parameter Kimia
Pengukuran parameter kimia yaitu :Nitrit / Nitrat, Besi, Amonium, Kesadahan, Sisa Chlor, Timbal, dan pH hasil penelitian yang ada di Perimeter, Buffer dan Kapal, semuanya memenuhi syarat sesuai dengan RI No. 492 / Menkes / Per / IV / 2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Dari hasil penelitian ini di dapatkan bahwa air yang diteliti aman untuk dikonsumsi berdasarkan parameter kimia.Hal yang harus diingat juga bahwa kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik pada pH 6,0 - 8,0 jadi bukan hanya menguntungkan manusia yang mengkonsumsi tapi juga menjadi tempat tumbuh mikroorganisme yang dapat merugikan manusia.

3.      Pengawasan Lokasi Sarana Air Bersih
Berdasarkan hasil pengawasan sarana air bersih di wilayah perimeter, buffer, dan kapal didapatkan sarana air bersih yang memiliki tingkat pencemaran yang rendah  dan layak, sehingga aman dari terjadinya pencemaran yang berasal dari lingkungan dapat diminimalisir. Air yang mengandung bakteri pathogen dan tingginya sifat keasaman dalam air biasanya karena tercemar dari sumber pencemar yang ada didekat sarana air bersih yang ada di perimeter, buffer, dan di kapal.Biasanya yang dapat menjadi sumber pencemar antara lain jamban keluarga  yang terlalu dekat dengan sarana air bersih, tempat pembuangan sampah dan kandang ternak. Hal lain yang berpotensi menyebabkan pencemaran pada sumber air yaitu kontruksi sarana air bersih  dan jalur perpipaan sampai ke mulut hydrant yang digunakan di wilayah perimeter, buffer, dan kapal.

B.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.  Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik dari Sarana Air Bersih yang digunakan di wilayah perimeter, buffer dan di kapal yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2015 berdasarkan Parameter Warna, Bau,Rasa, Kekeruhan, Suhu, dan TDS semuanya memenuhi syarat.
2.  Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia dari Sarana Air Bersih yang digunakan di wilayah perimeter, buffer dan di kapal yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2015 berdasarkan Parameter Nitrit/ Nitrat, Besi, Amonium, Kesadahan, Sisa Chlor, Timbal dan  PH semuanya memenuhi syarat.
3.  Hasil pengawasan lokasi Sarana Air Berih di wilayah perimeter, buffer, dan kapal yang dilaksanakan pada bulan Januari s/d Maret 2015 semuanya memiliki tingkat resiko pencemaran yang rendah dari segi kontruksi bangunan dan saluran perpipaan/ Hydrant.

C.   Saran
1.    Air bersih yang telah memenuhi syarat kualitas air berdasarkan parameter fisik dan kimia sebaiknya tetap dijaga agar tidak tercemar dengan memperbaiki fasilitas yang ada dan lingkungan sekitarnya.
2.  Perlu adanya pemantauan dan penyuluhan secara berkala dari petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas III Biak khususnya  di Seksi PRL KLW sehingga masyarakat di wilayah perimeter, buffer dan ABK Kapal dapat mengetahui bahaya air bersih dan dampak bagi kesehatan bila air tersebut tidak memenuhi syarat
3.   Sebaiknya ada pengadaan alat dan bahan untuk pemeriksaan bakteriologis sehingga dapat mengetahui kualitas air di sarana air bersih wilayah perimeter, buffer, dan Kapal yang terkontaminasi oleh bakteri pathogen yang berbahaya jika diminum langsung tanpa ada perlakuan dengan memasak air terlebih dahulu.


DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1996 Pelatihan Pengambilan Sampel dan Inspeksi Sanitasi Bagi Petugas Puskesmas,Jakarta
Menkes RI, 2010 Permenkes No. 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Jakarta
Slamet, J.S.2002. Kesehatan Lingkungan,Gajah Mada University Press, Bandung
Sukamto, 1985,Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan dan Perbaikan sarana Air Bersih Inpres      Kesehatan,Dirjen PPM & PLP,Jakarta
 




PK KKP BIAK DESEMBER 2021

  https://drive.google.com/file/d/1gGqUjITzrVDbxARA5G68kZWH4dfAejKO/view?usp=sharing